Nyimas Hj. Tuty Karyaty Guru SD Negri 162 Palembang Guru Besar POPSRI |
Nyimas Hajah Tuti Kayrati, SPd. adalah sosok wanita penerus Perguruan Olahraga Pencak Silat Sriwijaya, dia dilahirkan di tengah keluarga keturunan ningrat di Kota Palembang, pada tanggal 28 Mei 1961. Putri ke 3 dari pasangan Kemas H.M. Sobri Ibrahim, dan Ibu Raden Ayu Hajah Putri Hamidah, Nyimas Hajah Tuti Karyati, SPd. memiliki 8 (delapan) delapan orang saudara kandung, dan dia memilih profesi sebagai PNS, dengan pengabdiannya selama hampir 30 tahun sebagai Guru SD. Yang sampai saat ini masih aktif mengajar di SD Negeri 162 Bukit Kecil Palembang.
Nyimas Hajah Tuti Karyati, SPd. ( SD ) ini, bukanlah seorang tokoh wanita karier atau politisi wanita, ia adalah seorang ibu rumah tangga dengan 7 (tujuh) orang anak, dan saat ini juga sudah menjadi seorang nenek dengan 1 (satu) orang cucu. Semenjak masa kanak-kanak sudah menekuni ilmu bela diri pencak silat, dan hingga sekarang ini masih tetap mengabdikan diri di dunia pendidikan, karena profesinya memang seorang Guru SD. Selain itu ia adalah mantan pendekar (Atlit Pencak Silat Nasional ) yang sempat meraih medali ema, perak, di berbagai ajang kejuaraan Pencak Silat.
Hingga kini dengan tekad bulat, ia merasa berkewajiban untuk mengembangkan program pendidikan & pelatihan, pada Perguruan Olahraga Pencak Silat Sriwijaya (POPSRI) yang sempat mengharumkan nama Sumatera Selatan di ajang Kejuraan Tingkat Nasional, dengan mempersembahkan Medali Emas, di berbagai Kejurnas dan Perak pada ajang PON ke 13 di Jakarta di tahun 1982. Ia didampingi oleh suami tercintanya yang juga keturunan ningrat Palembang, bernama Kemas Haji Muhammad Ali Zubair yang juga mantan atlit pencak silat Nasional, di era tahun 80-an. Ia mulai merintis kembali keberadaan Perguruan POPSRI di tengah masyarakat Kota Palembang.
Kini Perguruan Olahraga Pencak Silat Sriwijaya (POPSRI) yang dibinanya, perlahan mulai bangkit dari tidur, dan kembali membenahi diri untuk membangun semangat juang anak bangsa, agar dapat berprestasi di gelanggang kejuaraan tingkat Nasional, dan sekurang-kurangnya, POPSRI harus mampu mencetak SDM generasi muda Kota Palembang, untuk menjadi Pendekar Sriwijaya sejati yang tangguh dan memiliki sikap mental dan moral sebagai insan Indonesia yang Pancasilais dan Agamis. Karena sejatinya seorang Pendekar Sriwijaya, adalah seorang yang berjiwa Patriotis, dengan wawasan pengetahuan yang luas, dan mampu menaklukkan musuh, tidak hanya dengan menggunakan kekerasan, tapi cukup dengan sikap dan prilaku yang santun dan simpatik, serta bersahabat. Dan itu sebabnya , POPSRI memiliki semboyan “Satu Orang Musuh kita, Sudah terlalu banyak, Namun Seribu orang Sahabat kita masih terlalu sedikit. Di samping itu, POPSRI juga memiliki memiliki motto yang ditanamkan dalam setiap pelatihan yang berbunyi “Lebih baik bermandi Keringat dalam latihan, dari pada bermandi darah dalam ajang Pertarungan “ Dan prilaku seorang pendekar sejati, adalah mereka yang berjiwa Ksatria, bersikap Patriotik, serta mampu menegakkan Kebenaran, dan membasmi kejahatan.
Nyimas Hj. Tuty Karyaty Memperagakan Jurus Naga Bersaung
Dan diharapkan dengan kembalinya POPSRI dalam nafas kebudayaan Asli Wong Palembang, dan keberadaan POPSRI sebagai sebuah Perguruan Olahraga Pencak silat Sriwijaya, yang pernah menghantarkan nama Sumatera Selatan sebagai Peraih Juara Pencak Silat Nasional, maka para pendekar asuhan POPSRI, dapat menghayati perjuangan para pendahulunya, dengan berprestasi nyata di ajang Kejuaraan Pencak Silat tingkat Nasional, dan Para Pendekar POPSRI adalah para pejuang oleharaga pencak silat, yang turut membesarkan nama Sriwijaya di Kancah Peradaban Dunia Internasional.