Jumat, 06 September 2013

Profil Guru Besar POPSRI


Nyimas Hj. Tuty Karyaty Guru SD Negri 162 Palembang
Guru Besar POPSRI

Nyimas Hajah Tuti Kayrati, SPd. adalah sosok wanita penerus Perguruan Olahraga Pencak Silat Sriwijaya, dia dilahirkan di tengah keluarga keturunan ningrat di Kota Palembang, pada tanggal 28 Mei 1961. Putri ke 3 dari pasangan Kemas H.M. Sobri Ibrahim, dan Ibu Raden Ayu Hajah Putri Hamidah, Nyimas Hajah Tuti Karyati, SPd. memiliki 8 (delapan) delapan orang saudara kandung,  dan dia memilih profesi sebagai PNS, dengan pengabdiannya selama hampir 30 tahun sebagai Guru SD. Yang sampai saat ini masih aktif  mengajar di SD Negeri 162 Bukit Kecil Palembang.  
Nyimas Hajah Tuti Karyati, SPd. ( SD ) ini, bukanlah seorang tokoh wanita karier atau politisi wanita, ia  adalah seorang ibu rumah tangga dengan 7 (tujuh) orang anak,  dan saat ini  juga sudah menjadi seorang nenek dengan 1 (satu) orang cucu. Semenjak masa kanak-kanak sudah menekuni ilmu bela diri pencak silat, dan hingga sekarang  ini  masih tetap mengabdikan diri di dunia pendidikan,  karena profesinya memang seorang Guru SD. Selain itu ia adalah mantan pendekar (Atlit Pencak Silat Nasional ) yang sempat meraih medali ema, perak, di berbagai ajang kejuaraan Pencak Silat.

Hingga kini dengan tekad bulat, ia merasa berkewajiban untuk mengembangkan program pendidikan & pelatihan, pada Perguruan Olahraga  Pencak Silat Sriwijaya (POPSRI) yang sempat mengharumkan nama Sumatera Selatan di ajang Kejuraan Tingkat Nasional,  dengan mempersembahkan Medali Emas, di berbagai Kejurnas dan  Perak pada ajang PON ke 13 di Jakarta di tahun 1982. Ia  didampingi oleh suami tercintanya yang juga keturunan ningrat Palembang, bernama Kemas Haji Muhammad Ali Zubair yang juga mantan atlit pencak silat Nasional, di era tahun 80-an. Ia mulai merintis kembali keberadaan Perguruan POPSRI di tengah masyarakat Kota Palembang.
Nyimas Hj. Tuty Karyaty Memperagakan Jurus Naga Bersaung
Kini Perguruan Olahraga Pencak Silat Sriwijaya (POPSRI) yang dibinanya, perlahan mulai bangkit dari tidur, dan kembali membenahi diri untuk membangun semangat juang anak bangsa, agar dapat berprestasi di gelanggang kejuaraan tingkat Nasional, dan sekurang-kurangnya, POPSRI harus mampu mencetak SDM generasi muda Kota Palembang, untuk menjadi Pendekar Sriwijaya sejati yang tangguh dan memiliki sikap mental dan moral sebagai insan Indonesia yang Pancasilais dan Agamis. Karena sejatinya seorang Pendekar Sriwijaya, adalah seorang yang berjiwa Patriotis, dengan wawasan pengetahuan yang luas, dan mampu menaklukkan musuh, tidak hanya  dengan menggunakan  kekerasan, tapi cukup dengan sikap dan prilaku yang santun dan simpatik, serta bersahabat. Dan itu sebabnya , POPSRI memiliki semboyan “Satu Orang Musuh kita, Sudah terlalu banyak, Namun Seribu orang Sahabat kita masih terlalu sedikit. Di samping itu, POPSRI juga memiliki memiliki motto  yang ditanamkan dalam setiap pelatihan yang berbunyi “Lebih baik bermandi Keringat dalam latihan, dari pada bermandi darah dalam ajang Pertarungan “ Dan prilaku seorang pendekar sejati, adalah mereka yang berjiwa Ksatria,  bersikap Patriotik, serta mampu menegakkan Kebenaran, dan membasmi kejahatan.
Dan diharapkan dengan kembalinya POPSRI dalam nafas kebudayaan Asli Wong  Palembang, dan keberadaan POPSRI sebagai sebuah Perguruan Olahraga Pencak silat Sriwijaya, yang pernah menghantarkan nama Sumatera Selatan sebagai Peraih Juara Pencak Silat Nasional, maka para pendekar asuhan  POPSRI, dapat menghayati perjuangan para pendahulunya, dengan berprestasi nyata di ajang Kejuaraan Pencak Silat tingkat Nasional, dan Para Pendekar POPSRI adalah para pejuang oleharaga pencak silat, yang turut membesarkan nama Sriwijaya di Kancah Peradaban Dunia Internasional. 



Sejarah singkat 
POPSRI (Perguruan Olahraga Pebcak Silat Sriwijaya)

Berbeda dengan seni olahraga pencak silat tradisional lainnya, yang tersebar di bumi nusantara, POPSRI adalah sebuah perguruan pencak silat tradisional yang dulunya hanya dapat dipelajari oleh putra putri dari keturunan para priyai keraton Palembang Darusalam. Dan pencak silat ini aslinya adalah sebuah ilmu kuntaw palembang yang memiliki jurus-jurus ilmu silat mematikan, di lain sisi pencak silat palembang adalah ilmu beladiri simpanan yang hanya diwariskan khususnya keturunan para bangsawan kota palembang tempo dulu. Itupun hanya sebatas bangsawan yang bergelar RADEN, yang sudah jelas asal usul keluarga keturunannya.
Sementara yang bergelar kemas, kiagus, masagus, atau cili (Gelar bangsawan Palembang terendah) hanya jadi pengembira saja. Sebatas penabuh gamelan atau tim pendukung persenjataan dan perlengkapan peralatan yang diperlukan dalam pertunjukan atraksi pencak silat. Karena itu seni bela tradisional wonk palembang ini nyaris pudar karena derlindas oleh masuknya berbagai unsur seni bela diri impor dari jepang (Karate ), Korea ( Tae Kwon Do ), China (Wushu).
Namun semenjak tahun 1970 sampai dengan tahun 1990-an, perguruan pencak silat palembang mulai bisa membuka diri di masyarakat kota palembang. Ketika itu, para pendekar bangsawan sriwijaya, khususnya putra putri palembang yang bergelar raden, membentuk perguruan pencak silat yang bernama PKPA (Pencak Keraton Palmbang Asli ) Raden Abdul Hamid Ternate, seorang tokoh pendekar pencak silat keturunan langsung dari Sultan Mahmud Badarudin II, Seorang sultan palembang Darusalam yang di asingkan belanda ke ternate maluku utara.
Pada tahun 1929, Raden Abdul Hamid Ternate pulang ke tanah leluhurnya di kota palembang, dan memulai membuka perguruan pencak silat palembang sementara keturunan priyai palembang lainnya membentuk PPSPP (Perguruan Pencak silat Priyai Palembang) dan pada tahun 1970 salah seorang muridnya Raden Dencik yang sudah menjadi guru besar membentuk POPSRI (Perguruan Olahraga Pencak Silat Sriwijaya)  diembun oleh priyai keturunan Kiagus M.Zainudin Ahmad Rajo yang lebih akrab di panggil Mang Oding (Alm). Semasa hidupnya Mang Oding mengajar pencak silat secara terbuka terhadap seluruh generasi muda kota palembang.
Sejak saat itu di kota palembang mulai bermunculan perguruan pencak silat lainnya, baik lokal maupun nasional, dan sejak berdirilah kepengurusan IPSI ( Ikatan Pencak Silat Indonesia) di kota palembang.
Dan untuk mengenbangkan pencak silat kebanggaan wonk palembang ini, POPSRI ketika itu sering tampil tayang langsung di TVRI. Bukan itu saja, dalam setiap turnamen kejuaraan pencak silat yang diselenggarakan oleh IPSI baik tingkat regional kota palebang, (Sumatera selatan) maupun nasional,  para pendekar POPSRI, selalu menyabit gelar juara.

Lima Keunggulan POPSRI
Lima keunggulan POPSRI jika dibandingkan dengan berbagai perguruan pencak silat lainnya yang ada di kota palembang ini, dan lima keunggulan itu adalah:
1.    Perguruan Olahraga Pencak Silat Sriwijaya (POPSRI) lebih mengutamakan nilai-nilai seni tatakrama dan khlakuk karima melalui pendidikan moralitas bagi seluruh muridnya, khususnya menanamkan rasa penghormatan ( Etika Sopan Santun) terhadap teman sesama perguruan terutama terhadap seniornya, juga terhadap tuntunan keyakinan dengan bertaqwa terhadap ALLAH SWT. Sikap patuh, hormat terhadap orang tua dan guru, itu sebabnya nilai-nilai ibadah keislaman, ketaqwaan tercemin dalam jurus “salam perguruan” POPSRI yang wajib di peragakan oleh setiap murid baik sebelum dan sesudah latihan, maupun dalam setiap atraksi, bahkan dalam setiap pertarungan di arena kejuaraan pencak silat regional hingga nasional. Maka perguruan POPSRI ini di kenal sebagai perguruan pencaksilat yang santun dan berprestasi.
2.    POPSRI sebagai wadah penerus dan pelestari nilai-nilai seni budaya pencak silat warisan leluhur dari Keraton kesultanan Palembang Darusalam, adalah sebuah perguruan pencak silat yang mengemban amanah untuk mewujudkan generasi penerus masyarakat kota palembang yang cinta damai,  dan berbudaya leluhur, dengan memiliki ilmu bela diri yang mampu melindungi dirinya sendiri dan keluarganya, dari berbagai ancaman, hingga dapat menciptakan keamanan bagi dirinya, keluarganya dan lingkungan tempat tinggalnya.
3.    POPSRI sebagai saraha perguruan pencak silat tertua di palembang, yang sekaligus merupakan salah satu perguruan pencak silat yang menjadi pendiri lahirnya IPSI di sumatera selatan, adalah satu-satunya perguruan pencak silat yang mampu bertahan dan tetap eksis dari generasi ke generasi, meskipun tanpa bantuan dari pemerintah daerah baik propinsi maupun kota. Karena perguruan ini di biayai oleh dana swadaya dan gotong royong dari para dewan guru dan murid, menyebabkan perguruan ini cukup disegani oleh perguran lain di kota ini.
4.    POPSRI sebagai pencetak insan pendekar tangguh dan atlit pencak silat yang berpreastasi dan sportif yang setiap muridnya di harapkan dapat menjadi insan pendekar yang berpreastasi nyata, baik di gelanggang kejuaraan tingkat regional hingga ketingkat nasional yang diselnggarakan oleh IPSI, baik dalam event Pra PON maupun Kejuaraan PON, bahkan hingga ketingkat Seagame sebagai mana yang telah di contohkan oleh para pendahulunya yang saat ini sudah menjadi guru besar POPSRI. Karena POPSRI mengutamahan smangat sportifitas yang tinggi dan nilai persahabatan serta kekeluargaan yang kental terhadap sesama atlit pencak silat nasional.
5.    POPSRI bukan sekedar perguruan pencak silat biasa namun lebih dari itu POPSRI adalah sebuah perguruan pencak silat yang mempersatukan bergabai element generasi muda khususnya masyarakat kota palembanh, yang lahir dari bergagai latar keturunan yang berbeda, untuk bersatu padu melestarikan nilai-nilai seni budaya keraton palembang. Maka POPSRI, sebagai perguruan pencak silat, memiliki dua mata sisi yang berbeda yaitu seni pencak yang menggunakan busana adat pendekar palembang yang diiringi gamelan seni beladiri keraton palembang, merupakan benteng pertahanan terakhir dari keragaman seni budaya keraton palembang.  Disisi lain POPSRI sebagai wadah seni olah raga silat yang wajib menyumbangkan oreastasi nyata. Setiap atlitnya memiliki busana pendekar sriwijaya sebagai pemersatu antar kelompok masyarakat dengan warna busana Kuning Hitam. Meskipun POPSRI yang pernah berjaya di gelanggang nasional tahun 1980an dan sudah hampir selama 30 tahun menghilang dari kanca kejuaraan nasional, namun kini mulai bangkit kembali memperkokoh keberadaan kesultanan palembang darusalam. Semua ini di landasi oleh rasa persaudaraan yang kental dan semangat perjuangan para pendekar POPSRI yang rata-rata pernah menjadi atlit pencak islat nasional untuk meneruskan cita-cita pendiri POPSRI sebagai pencak silat keraton yang nyaris pudar. Sekarang mulai bersinar kembali.
Untuk itu pemerintah daerah kota palembang dan pemerintah propindi sumatera selatan diharapkan dapat menjamin kelestarian seni budaya leluhur sejarah wonk palembang ini melalui pembinaan dan pengembangan budaya sebagai aset sumatera selatan dalam membangun jati dini bangsa.